Jumat, 22 Juni 2007

Tak Sekedar Cinta

Tak sekedar dengan cinta kita menjalani pernik-pernik kehidupan rumah tangga. kita membutuhkan penyokong lain, yaitu iman dan ketakwaan.


Cinta akan memberikan warna lebih indah terhadap kehidupan keluarga, sementara iman dan ketakwaan meneguhkannya hingga kokoh. Keimanan dan ketakwaan yang dimiliki oleh para kekasih akan melahirkan sikap tanggung jawab.
Tanggung jawab akan memerankan tugas utamanya ketika sepasang kekasih berada dalam tarif tarik ulur yang kuat antara cinta dan benci. Saat itulah para kekasih membutuhkan mata air iman. Keimanan mematangkan mentalitas seseorang. Ia tidak memandang bahwa pernikahan sekedar urusan cinta dan benci. Lebih dari sekedar itu, ia memiliki kesadaran bahwa ada tanggung jawab yang harus ditegakkan. Kesadaran ini tidak berarti bahwa kehidupan pernikahan didayung secara mekanik. Itulah sebabnya, antara cinta dan iman harus berjalan saling bersamaan.



Sabar dan tanggung jawab yang melekat dalam diri karena takwa, membersamai cinta ketika kita menyemai kebersamaan bersama kekasih. Inilah yang menjadi pertimbangan Umar bin Khathab ketika salah seorang laki-laki datang kepadanya. Ia datang dengan keluhan tentang istrinya.
Lelaki itu mengatakan bahwa cintanya kepada istrinya telah memudar. Oleh karena itu, ia bermaksud menceraikannya."Sungguh jelek niatmu,"kata Umar. "Apakah semua rumah tangga (hanya dapat) terbina dengan Cinta?, Dimana rasa malumu kepada-Nya?, bukankah kamu sebagai sepasang suami-isteri, telah saling bercampur (menyampaikan rahasia)dan mereka telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat?"
Menjaga ketakwaan dalam diri ternyata menjadi investasi cinta, merawat, dan menumbuhkannya. Taman ketakwaan harus senantiasa dihidupkan dalam sanubari keluarga.
Keluarga dengan taman ketakwaan kering, biasanya, terlalu rapuh untuk menghadapi permasalahan hidup. Sekecil apapun ia, jika dihadapi tanpa perisai takwa, permasalahan itu seakan sebagai karang yang teramat meledak dan kokoh. kebencian, kemarahan, emosi yang meledak, kecurigaan yang berlebihan, dan karakter-karakter lain akan cepat mendominasi kita, jika takwa tidak melekat dalam diri. Ketika karakter-karakter itu lebih dominan daripada iman, kondisi itu menjadi pertanda dini keretakan keluarga. kata-kata Umar seakan menggema kembali. "Apakah semua rumah tangga(hanya dapat)terbina dengan cinta ? Dimana takwamu dan janjimu kepada Allah?". kita memang harus segera berbenah.
(diambil dari buku Segenggam Rindu untuk Istriku, Dwi Budiyanto, Pro-U Media, ISBN:979-25-1927-0)

Hm... Buat pak Bambang Tri sudahkah anda menjadi manusia yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT???...

Kepada bu Halimah yang sabar ya bu...niat ibu mempertahankan rumah tangga mudah-mudahan didasarkan kepada ketakwaan kepada Allah SWT.

Dan buat Mayang, Percayalah rumah tanggamu yang dibangun tanpa ketakwaan tak akan pernah menjadi bahagia!!!!

Tidak ada komentar: